Rela Telanjang demi Agama
Pada zaman Rasulullah masih hidup, ada tokoh terkemuka bernama
Abdullah Dzulbujadain. Karena Dia yatim sejak kecil, maka dia tinggal bersama
pamannya. Dilayaninya sang paman dengan baik. Suatu hari secara diam-diam dia
meninggalkan rumah pamannya untuk memeluk agama Islam tanpa sepengetahuan
siapapun. Pamannya marah besar begitu mengetahui sang keponakan memeluk Islam.
Ketika Abdullah Dzulbujaain kembali ke rumah pamannya, maka seketika pamannya
mengusirnya. Bahkan semua pakaian yang masih melekat di tubuh Abdullah dengan
paksa dilucuti sehingga telanjang bulat.
Dalam keadaan seperti itu, Abdullah datang ke ibunya.
Sebenarnya sang ibu tidaka setuju dengan sikap Abdullah memilih Islam, namun
bagaimanapun juga hati sang ibu tidak tega melihat keadaan anaknya. Maka sang
ibu memberi sehelai pakaian kepada Abdullah. Setelah kain itu diterima,
disobeknya kain itu menjadi dua bagian. Bagian pertama untuk menutupi bagian
atas. Sementara bagian kedua digunakan untuk menutupi bagian bawahnya. Kedua
helai kain itu dipakai seperti kain ihram.
Sambil berpakaian ala ihram, dia datang ke Madinah dan
menemui Rasulullah. Kemudian Abdullah tinggal di suffah dan berdzikir
sebanyak-banyaknya sambil mengeraskan suara. Mendengar hal itu sahabat Umar
berkomentar, “ Apakah orang ini termasuk
riya dengan berdzikir seperti ini ?” Seketika Rasulullah menjawab, “ Tidak, dia tidak riya bahkan dia termasuk
golongan awwabin ( orang yang selalu kembali kepada Allah ) “.
Singkat cerita Abdullah wafat dalam perang tabuk. Suatu
malam para sahabat melihat lampu sedang bersinar di tanah pekuburan. Ketika
mereka datang, ternyata Rasulullah sudah terlebih dulu berada di sana.
Rasulullah menyuruh Abu bakar shiddiq dan Umar bin khattab, “ Angkatlah dan serahkanlah kepadaku mayat
saudaramu ini”. Setelah Rasulullah menegebumikan mayat tadi, Rasulullah bersabda,
“ Ya Allah, aku ridha dengan mayat ini, maka hendaknya Engkau meridhainya”.
Para sahabat yang ikut hadir menyaksikan pemakaman tersebut ingin jika
meninggal kelak keadaannya sama seperti Abdullah Dzulbujadain. Meninggal dalam
keadaan khusnul khatimah. Rasulullah sendiri meridhainya. Sehingga Abdullah bin
Mas’ud berkata, “Setelah aku menyaksikan
upacara pemakamannya, hatiku berkata alangkah baiknya seandainya mayat itu
adalah mayatku “.
0 komentar:
Posting Komentar