- ( Bareng Gus Is ) -

Jumat, 06 Februari 2015

Rela Telanjang demi Agama



Rela Telanjang demi Agama

Pada zaman Rasulullah masih hidup, ada tokoh terkemuka bernama Abdullah Dzulbujadain. Karena Dia yatim sejak kecil, maka dia tinggal bersama pamannya. Dilayaninya sang paman dengan baik. Suatu hari secara diam-diam dia meninggalkan rumah pamannya untuk memeluk agama Islam tanpa sepengetahuan siapapun. Pamannya marah besar begitu mengetahui sang keponakan memeluk Islam. Ketika Abdullah Dzulbujaain kembali ke rumah pamannya, maka seketika pamannya mengusirnya. Bahkan semua pakaian yang masih melekat di tubuh Abdullah dengan paksa dilucuti sehingga telanjang bulat.



Dalam keadaan seperti itu, Abdullah datang ke ibunya. Sebenarnya sang ibu tidaka setuju dengan sikap Abdullah memilih Islam, namun bagaimanapun juga hati sang ibu tidak tega melihat keadaan anaknya. Maka sang ibu memberi sehelai pakaian kepada Abdullah. Setelah kain itu diterima, disobeknya kain itu menjadi dua bagian. Bagian pertama untuk menutupi bagian atas. Sementara bagian kedua digunakan untuk menutupi bagian bawahnya. Kedua helai kain itu dipakai seperti kain ihram.



Sambil berpakaian ala ihram, dia datang ke Madinah dan menemui Rasulullah. Kemudian Abdullah tinggal di suffah dan berdzikir sebanyak-banyaknya sambil mengeraskan suara. Mendengar hal itu sahabat Umar berkomentar, “ Apakah orang ini termasuk riya dengan berdzikir seperti ini ?” Seketika Rasulullah menjawab, “ Tidak, dia tidak riya bahkan dia termasuk golongan awwabin ( orang yang selalu kembali kepada Allah ) “.



Singkat cerita Abdullah wafat dalam perang tabuk. Suatu malam para sahabat melihat lampu sedang bersinar di tanah pekuburan. Ketika mereka datang, ternyata Rasulullah sudah terlebih dulu berada di sana. Rasulullah menyuruh Abu bakar shiddiq dan Umar bin khattab, “ Angkatlah dan serahkanlah kepadaku mayat saudaramu ini”. Setelah Rasulullah menegebumikan mayat tadi, Rasulullah bersabda, “ Ya Allah, aku ridha dengan mayat ini, maka hendaknya Engkau meridhainya”. Para sahabat yang ikut hadir menyaksikan pemakaman tersebut ingin jika meninggal kelak keadaannya sama seperti Abdullah Dzulbujadain. Meninggal dalam keadaan khusnul khatimah. Rasulullah sendiri meridhainya. Sehingga Abdullah bin Mas’ud berkata, “Setelah aku menyaksikan upacara pemakamannya, hatiku berkata alangkah baiknya seandainya mayat itu adalah mayatku “.

0 komentar:

Posting Komentar