Kecemerlangan otak Abu Hanifah
Suatu hari Imam Abu
Hanifah ditanya oleh seseorang, “Bagaimana pendapatmu wahai Imam bila ada orang
yang tidak mau mengharapkan syurga dan tidak takut neraka juga tidak takut
kepada Tuhan. Dia suka makan bangkai, kalau sholat tidak ruku’ dan sujud, dia
percaya dengan barang yang belum dilihatnya, sangat benci kepada kenyataan dan
tidak mau mati. Suka akan fitnah. Biasa lari dari rahmat Allah. Dan percaya
kepada bangsa Yahudi dan Nasrani?”.
Imam Abu Hanifah tahu bahwa orang yang bertanya itu sangat
benci terhadap orang yang dimaksud. Sebelum menjawab, sang Imam bertanya dulu
kepada kawan-kawannya, “ Bagaimana pendapat kalian tentang pertanyaan tersebut?
“.
Salah seorang temannya menjawab, “ Orang seperti itu tentu
sangat jahat, dan sudah barang tentu dia kafir! “.
Mendengar jawaban dari salah satu sahabatnya Imam Abu
Hanifah menimpali, “ Bukan begitu kawan, dia bukan kafir. Malahan orang seperti
itu justru wali yang sebenarnya “.
“ Kok begitu ? “, Tanya sahabatnya keheranan. Mereka
berpandangan satu dengan yang lain. mereka tidak mengerti dan heran mendengar
jawaban sang Imam yang sangat di seganinya itu. Sang Imam spontan menjawab, “
Begini , saya jelaskan satu persatu tetapi kalian berjanji bahwa kalian tidak
akan berkata dan menduga yang tidak baik lagi ya ? “
Setelah sahabat-sahabatnya sepakat satu sama lain, maka
Imam Abu Hanifah dengan semangat menjelaskan,
“ Pertama orang itu tidak mengharapkan syurga dan tidak
takut dengan neraka itu betul karena yang diharapkannya itu hanya Tuhan pemilik
syurga. Demikian juga yang ditakuti hanya Tuhan yang menciptkan neraka. Dia
tidak takut kepada Allah, itupun betul karena Allah maha Rahman, Rahim dan maha
adil tidak mungkin menganiaya hamba-NYA.
Kedua dia suka makan
bangkai, itu betul karena dia makan ikan.
Ketiga dia kalau sholat tidak ruku’ dan sujud, itupun betul
karena menyembahyangkan mayat. Ke empat dia percaya kepada barang yang belum
dilihatnya, yaitu percaya kepada Allah yang tidak bisa dilihat.
Kelima sangat benci kepada kenyataan dan tidak mau mati,
bukankah mati itu suatu kenyataan?.
Keenam dia suka
fitnah, siapa yang tidak suka kepada harta dan anak. Bukankah Allah berfirman
bahwa seseungguhnya harta dan anak-anakmu adalah fitnah.
Ketujuh dia suka lari dari rahmat Allah, bukannya semua
orang pasti lari bila kehujanan. Masing-masing berteduh padahal hujan adalah
rahmat Allah. Kedelapan dia percaya dengan bangsa Yahudi dan nasrani artinya
bahwa orang yahudi bilang kalau orang nasrani itu tidak benar. Demikian juga
orang nasrani bilang bahwa orang yahudi itu tidak benar”,
0 komentar:
Posting Komentar