- ( Bareng Gus Is ) -

Jumat, 06 Februari 2015

Kecemerlangan otak Abu Hanifah



Kecemerlangan otak Abu Hanifah

Suatu hari  Imam Abu Hanifah ditanya oleh seseorang, “Bagaimana pendapatmu wahai Imam bila ada orang yang tidak mau mengharapkan syurga dan tidak takut neraka juga tidak takut kepada Tuhan. Dia suka makan bangkai, kalau sholat tidak ruku’ dan sujud, dia percaya dengan barang yang belum dilihatnya, sangat benci kepada kenyataan dan tidak mau mati. Suka akan fitnah. Biasa lari dari rahmat Allah. Dan percaya kepada bangsa Yahudi dan Nasrani?”.
     Imam Abu Hanifah tahu bahwa orang yang bertanya itu sangat benci terhadap orang yang dimaksud. Sebelum menjawab, sang Imam bertanya dulu kepada kawan-kawannya, “ Bagaimana pendapat kalian tentang pertanyaan tersebut? “.
Salah seorang temannya menjawab, “ Orang seperti itu tentu sangat jahat, dan sudah barang tentu dia kafir! “.
     Mendengar jawaban dari salah satu sahabatnya Imam Abu Hanifah menimpali, “ Bukan begitu kawan, dia bukan kafir. Malahan orang seperti itu justru wali yang sebenarnya “.
“ Kok begitu ? “, Tanya sahabatnya keheranan. Mereka berpandangan satu dengan yang lain. mereka tidak mengerti dan heran mendengar jawaban sang Imam yang sangat di seganinya itu. Sang Imam spontan menjawab, “ Begini , saya jelaskan satu persatu tetapi kalian berjanji bahwa kalian tidak akan berkata dan menduga yang tidak baik lagi ya ? “
Setelah sahabat-sahabatnya sepakat satu sama lain, maka Imam Abu Hanifah dengan semangat menjelaskan,
“ Pertama orang itu tidak mengharapkan syurga dan tidak takut dengan neraka itu betul karena yang diharapkannya itu hanya Tuhan pemilik syurga. Demikian juga yang ditakuti hanya Tuhan yang menciptkan neraka. Dia tidak takut kepada Allah, itupun betul karena Allah maha Rahman, Rahim dan maha adil tidak mungkin menganiaya hamba-NYA.
     Kedua dia suka makan  bangkai, itu betul karena dia makan ikan.
Ketiga dia kalau sholat tidak ruku’ dan sujud, itupun betul karena menyembahyangkan mayat. Ke empat dia percaya kepada barang yang belum dilihatnya, yaitu percaya kepada Allah yang tidak bisa dilihat.
Kelima sangat benci kepada kenyataan dan tidak mau mati, bukankah mati itu suatu kenyataan?.
 Keenam dia suka fitnah, siapa yang tidak suka kepada harta dan anak. Bukankah Allah berfirman bahwa seseungguhnya harta dan anak-anakmu adalah fitnah.
Ketujuh dia suka lari dari rahmat Allah, bukannya semua orang pasti lari bila kehujanan. Masing-masing berteduh padahal hujan adalah rahmat Allah. Kedelapan dia percaya dengan bangsa Yahudi dan nasrani artinya bahwa orang yahudi bilang kalau orang nasrani itu tidak benar. Demikian juga orang nasrani bilang bahwa orang yahudi itu tidak benar”,

0 komentar:

Posting Komentar